Cara Berpikir Otak Kanan Dan Otak
Kiri, DePolter & Hernacki (1992 : 36-42).
Tiga
bagian otak anda juga dibagi menjadi belahan otak kanan dan belahan otak kiri.
Kini dua belahan ini lebih dikenal sebagai “otak kanan” dan “otak kiri”.
Eksperimen terhadap dua belahan otak tersebut telah menunjukan bahwa
masing-masing belahan bertanggung jawab terhadap cara berpikir, dan
mesing-masing mempunyai spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu,
walaupun ada beberapa persilangan dan interaksi antara kedua sisi.
Proses
berpikir otak kiri bersifat logis, sekuensial, linear, dan rasional. Sisi ini
sangat teratur. Walaupun berdasarkan realitas, ia mampu melakukan penafsiran
abstrak dan simbolis. Cara berpikirnya sesuai untuk tugas-tugas teratur
ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan
fakta, fonetik, serta simbolisme.
Cara
berpikir otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistic. Cara
berpikirannya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat
non-verbal, seperti persaan dan emosi. Kesadaran yang berkenaan dengan perasaan
(merasakan kehadiran suatu benda atau orang), kesadaran spasial, pengenalan
bentuk dan pola, music, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.
Kedua
belahan otak penting artinya, orang yang memanfaatkan kedua belah otak ini juga
cenderung “seimbang” dalam setiap aspek kehidupan mereka.belajar terasa sangat
mudah bagi mereka karena mereka mempunyai pilihan untuk menggunakan bagian otak
yang diperlukan dalam setiap pekerjaan yang sedang dihadapi. Karena sebagian
besar komunikasi diungkapkan dalam bentuk verbal atau tertulis, yang keduanya
merupakan spesialisasi otak kiri, bidang-bidang pendidikan, bisnis, dan sains
cenderung berat ke otak kiri. Sesungguhnya, jika anda termasuk kategori otak
kiri dan anda tidak melakukan upaya tertentu memasukan beberapa aktivitas otak
kanan dalam hidup anda, ketidakseimbangan yang dihasilakannya dapat
mengakibatkan anda stres dan juga kesehatan mental dan fisik yang buruk.
Untuk
menyeimbangkan kencenderungan masyarakat terhadap otak kiri, perlu dimasukan
musik dan estetika dalam pengalaman belajar anda, dan memberikan umpan balik
positif bagi diri sendiri. Semua itu menimbulkan emosi positif, yang membuat
otak anda lebih efektif. Emosi yang positif mendorong ke arah kekuatan otak,
yang mengarah pada keberhasilan, yang mengarah pada kehormatan diri yang lebih
tinggi, yang mengarah kepada emosi yang positif—siklus aktif yang mengankat
anda lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. (pernahkan anda perhatikan bahwa
orang-orang yang sangat berhasil tampak mempunyai penghargaan yang sengat
tinggi terhadap seni?)
Selama
masa hidup kita, kita semua mempunyai kesimpulan-keismpulan tentang otak kita
dan kekuatannya. Mungkin penampilan anda disekolah membuat anda menyimpulkan
bahwa otak anda tidak “sebaik” otak siswa-siswi lain yang selalu mendapat nilai
baik. Mungkin anda telah memutuskan bahwa otak anda “cocok” dalam beberapa hal,
tetapi tidak untuk hal –hal lainnya. Atau mungkin anda baru menyadari bahwa ada
beberapa hal yang anda tidak akan pernah mampu mempelajarinya. Karena anda
tidak punya otak untuk itu. Semua kesimpulan itu patut disalahkan—dan mungkin
salah.
Terlepas
dari perbedaan nyata dalam kecerdasan dan tingkat kesuksesan diantara
orang-orang, kita semua mempunyai susunan saraf yang sama. Fisiologi otak anda
sangat mirip dengan milik orang lain, bahkan juga dengan pemikir-pemikir
cemerlang seperti Einstein dan Da Vinci. Ini berarti anda mempunyai peluang
yang luar biasa besarnya. Jika anda mengenal seseorang yang menampilkan
perilaku yang anda keagumi, atau yang telah mencapai sesuatu yang ingin anda
lakukan, anda dapat menggunakan orang itu sebagai model. Dan anda dapat meniru
keberhasilan orang itu dengan mengatur pola berpikir dan tubuh anda seperti
dia. Para ilmuwan peneliti tentang perilaku menyebut ini sebagai pemodelan
(modeling).
referensi:
DePolter, Bobbi dan Hernacki (1992)
Quantum Learning, Bandung: Penerbit Kaifa
0 komentar:
Posting Komentar