Hari itu, tepat tanggal 28
oktober 2014. Hari dimana para pemuda mengikrarkan sumpah pemuda. Tapi bagi ku,
tanggal 28 oktober memiliki historis yang berbeda. Tepat tanggal 28 oktober
2014 aku pergi meninggalkan keluarga ku ke Bandung untuk melanjutkan study ku
di politeknik negeri bandung. Aku tak bisa membendung air mata ku. Kesedihan
karena perpisahaan lah yang menyelimuti ku. Namun berbeda dengan kedua orangtua
ku, terutama ibunda tercinta. Aku tak melihat wajah kesedihan terpancar di raut
wajahnya. Yang aku lihat adalah senyuman darinya. Senyuman bangga melihat
anaknya bisa kuliah di dalam keadaana ekonomi yang serba pas-pasan.
28 oktober 2014. Ya,,, itu lah
hari terakhir aku melihat dan mencium tangan kedua orang tua ku untuk sementara
waktu aku pergi menuntut ilmu.
Jam, menit, detik…. Lambat laun
berganti menjadi minggu dan bulan.. Tak tersana aku sudah 1 bulan berada di
kota kembang (bandung). Hingga suatu saat aku merasakan ada hal yang tidak
mengenakan hati. Setiap malam terbayang-bayang akan keluarga di rumah (riau).
Aku tahu akan ada sesuatu yang tidak beres. Malam-malam ku dihantui dengan
bayang-bayang itu. Sejak itu, aku sangat merasa ketakutan jika ada keluarga ku
yang menelpon aku. Yang aku harapkan hanyalah belas kasihan dari allah swt agar
tidak terjadi apa-apa.
Awal desember 2014, aku sangat
ingin pulang untuk berjumpa dengan keluarga ku. Karena pada saat itu aku sudah
cuti hingga masuk awal perkuliahan semester 2. Namun rencana pulang itu gagal
karena praktek small business project yang dimajukan. Yang aku nanti-nantikan
hanyalah liburan lebaran. Aku sangat menanti hari itu dimana aku bisa berkumpul
dengan keluarga besar ku.
Tepat 24 april 2015, hari dimana polban
ulang tahun yang ke 33. Dan tepat 1 bulan menjelang hari ulang tahun ku yang ke
20. Dipagi hari itu aku sedang mengerjakan tugas yang akan di kumpul sebelum
sholat jumat. Ketenangan itu tiba-tiba berubah 180 derajat menjadi ketegangan.
Aku syok berat karena hal yang aku takutkan selama ini terjadi. Hp ku berdering
tertanda ada panggilan dari bibi ku. “wan,,, awan pulang sekarang ya wann,,,
awan pulang sekarang yaa,,, awan pulang sekarang kalau mau lihat ema…” dengan
nada rendah dan terbatah-batah.. aku syok dan tak bisa melakukan apa-apa hingga
2 jam. Hingga akhirnya aku berpikir untuk melakukan shalat gaib. Selepas sholat
gaib aku langsung pulang ke pekan baru melalui pesawat di Jakarta karena pada
hari itu penerbangan dari Bandung di tutup bertepatan dengan KAA-60. Namun
sayang aku tidak bisa melihat ibu ku untuk yang terakhir kalinya. Aku tidak
menyangka kalau tanggal 28 oktober 2014 aku pergi meninggalkannya untuk
sementara menjadi hari terakhir dimana aku melihat dan mencium tangan ibu ku. 3
bulan lagi menjelang hari raya iduel fitri aku akan pulang berlebaran bersama
keluarga ku. Namun 3 bulan sebelum idul fitri aku sudah pulang. Bukan pulang
untuk berkumpul dengan keluarga besarku. Aku pulang untuk kepergian ibu ku.
“Emaaa,,,,, maafkan aku yang tidak ada disaat ema butuh aku. Maafkan aku karena
aku tidak ada di saat ema di mandikan, disaat ema disholatkan, disaat ema
dikuburkan,,, maafkan aku maa…” kini aku hanya bisa menangis di batu nisan mu.
“Aku rindu Ema.. ema yang bahagia di surga ya… kita kumpul lagi di surganya
allah”. #Barakallah….
"hanya doa yang mampu ku panjatkan dikala ku rindu sosokmu IBU"
0 komentar:
Posting Komentar